"Aku ketemu sama Menteri Riset dan Teknologi"

BAGAI mendapat durian runtuh. Sebuah perasaan dan pengalaman yang sulit terlukiskan oleh dua siswa SMA Al Muttaqin, Ilham Azmy dan Ihsan Budi Rachman yang beberapa waktu lalu diundang oleh ITB pada acara peresmian Faculty House FMIPA ITB dan Museum Astronomi Indonesia.

Bukan hanya dikarenakan menjadi salah satu dari 5 SMA di Indonesia yang diundang, namun mereka berdua, bahkan berbincang dan berdiskusi dengan beberapa tokoh Indonesia. Pak Menristek (Menteri Riset dan Terknologi), Prof. Dr. Kusmayanto Kadiman pun ambil bagian dalam acara ini.

Perasaan segan dan grogi sempat menghinggapi perasaan dua utusan SMA Al Muttaqin ini ketika bersua dengan Pak Menteri. Bayangan Pak Menteri yang protokoler dan kerapkali digawangi oleh ajudan-ajudannya, lepas seketika manakala dengan penuh keakraban dan kebapakan Pak Menteri menyapa, seperti ayah ke anaknya. Banyak hal yang bisa terjadi. Di awal perjumpaan, Pak Menteri malah menyapa duluan anak SMA yang ada di forum itu. Selevel menteri begitu akrab dan humoris. Nuansa inteleknya begitu kelihatan dan tidak kaku. Berpikir luas dan mendalam begitu terasa.

“O, ya Ini ade dari mana?… O… Ti Tasik. Kumaha damang? Ke… Ke… SMA Al Muttaqin palih manaeun masjid Agung…? … Tebih teu ti jalan ageung? … Atuh eta mah abdi oge uninga,… understand mister?” Sapa Pak Menteri sambil melirik Wakil Dubes Belanda untuk Indonesia.

Pernah suatu ketika, di sela-sela antri makan, “Ayo, De, bawakan piring makannya buat saya. Jangan mau kalah. Anak muda harus banyak ide. Tunjukkan kita bisa dan mampu. Lihat tuh, di sebelah sana banyak piring kecil. Ambil ya buat saya…” Rentetan kalimat yang terlontar dari Pak Menristek kepada Ilhan dan Ihsan. Kebetulan Ilham, Ihsan, dan Pak Menristek berdekatan. Di samping Pak menteri dan Ihsan Ilham terdapat Atase Kebudayaan Kedubes Malaysia untuk Indonesia mendampingi astronot yang baru saja mendarat di bumi.

***

Begitu asyiknya berbincang dengan Pak Menteri. Selain banyak memberi wawasan yang luas dan berlatar belakang sains exact, ternyata beliau mampu dengan gambling soal budaya. Tentang pakaian, misalnya. Beliau begitu filosofis memaknai baju yang beliau gunakan. “Lihat nih baju saya, coba tebak apa maknanya? Tidak sembarang nih…” ujar Pak Kusmayanto yang mantan Rektor ITB ini bertanya.

“Ini baju sesuai nuansa acara saat ini. Penuh dengan nuansa astronomi. Lihat khan, banyak bintang-bintangnya. Ini saya pesan khusus,” cerita Pak Menteri. Saat berbincang dengan Pak Menteri, sang kuli tinta, yang lebih professional dari kami, langsung mengerubuti dengan luncuran pertanyaan-pertanyaan yang belum Ilham dan Ihsan mengerti.

Banyak wartawan bertanya teknologi dikaitkan dengan nuansa poloitik global. Seperti tentang strategi nuklir untuk keamanan Negara, global warming yang penuh nuansa kapitalis, hingga strategi keilmuan masa depan yang berlaku di pasar global bagi eksistensi bangsa Indonesia. Memperhatikan pertanyaan sambil ikut nimbrung membuat insane Al Muttaqin ini terkesima. Ternyata, seorang saintis mesti tahu juga aspek politisnya. Seperti Malaysia , mengapa bisa ke angkasa? Sebab Malaysia berbisnis kapal Sukoi dengan Rusia dan akhirnya mereka ada MoU untuk sama-sama terbang ke angkasa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mahasiswa Asal Tasik, Jadi Duta Indonesia ke Amerika

Mahasiswa IDEAL: Disiplin, Solutif, Prestatif, dan Komunikatif